HERE : MY SCOLIOSIS STORY
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Hai, Namaku Risa, Umurku 18 tahun, aku seorang mahasiswa, aku ingin membagikan salah satu pengalaman hidupku yang sangat berharga, simak ya, jangan lupa tinggalkan komentar untuk pengembangan blog ini 😊😊
Awal cerita , dulu menstruasiku datang lebih lambat dibanding teman - temanku. Aku baru menstruasi saat umurku 14 thn, ya saat itu aku masih duduk dibangku kelas 8 smp sekitar bulan Oktober 2015. Tapi tidak seperti teman - temanku yang lain, entah kenapa setiap menstruasi, tubuhku selalu demam dan seiring waktu aku merasakan sakit yg teramat sangat dibagian punggung. Setiap selesai belajar di rumat pasti aku selalu istirahat sejenak. Setelah sering demam saat mestruasi dan entah kenapa setiap kali istirahat, sakit yang ada di punggungku itu bertambah parah seiring waktu. Suatu hari saat aku selesai mandi, tidak sengaja handuk bagian belakangku turun dan terlihat seperti punuk muncul dibagian punggung. Karena orang tuaku sangat khawatir, beberapa hari kemudian aku langsung dibawa ke RS. An-Nisa pada bulan November 2015.
Saat tiba pertama kali, dokter langsung menyarankan untuk ronsen dan melihat keberadaan punuk dengan menyuruhku bungkuk membentuk seperti orang sedang ruku, dan saat konsultasi kedua , hasil ronsen pun keluar, sebelum dokter melihat hasil ronsenan , aku sempat melihatnya lebih dulu, aku sangat kaget saat melihat apa yg terjadi pada tulang belakangku, tulangku sangat aneh tidak seperti orang lain yg lurus, tulangku berbentuk seperti huruf s yang disebut dengan kelainan skoliosis. Setelah itu dokter menyatakan bahwa derajat skoliosis ku mencapai 35° dan penyebabnya idiopatik (tidak diketahui secara pasti). Dokter pun menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala setiap 6 bulan, dan dokter juga mengatakan untuk menggunakan brace atau penyangga tubuh. Belum genap 6 bulan sejak konsultasi pertama, aku datang lagi ke Rs. An - Nisa untuk konsultasi lanjutan, dan saat melakukan ronsen yang kedua, derajat lengkungannya bertambah parah menjadi 55° (Note : 70° harus sudah dioperasi karena menurunkan angka harapan hidup ) dan dokter malah menyarankan agar aku dioperasi saat nanti pertumbuhan tulangku sudah berhenti sekitar umur 20 tahun dan menyarankan untuk menggunakan brace.
My Brace, bentuknya kaya baju astronaut wkwk
Karena orang tuaku khawatir derajatnya akan bertambah parah, akhirnya aku dipindahkan ke rumah sakit lain yaitu ke Siloam Hospital. Saat di Siloam Hospital, dokter mengatakan bahwa alat yg mereka miliki untuk tindakan lanjutan seperti operasi tidak dimiliki rumah sakit tsb. Akhirnya aku dirujuk ke RS.Fatmawati Jakarta Selatan.
My Brace, bentuknya kaya baju astronaut wkwk
Karena orang tuaku khawatir derajatnya akan bertambah parah, akhirnya aku dipindahkan ke rumah sakit lain yaitu ke Siloam Hospital. Saat di Siloam Hospital, dokter mengatakan bahwa alat yg mereka miliki untuk tindakan lanjutan seperti operasi tidak dimiliki rumah sakit tsb. Akhirnya aku dirujuk ke RS.Fatmawati Jakarta Selatan.
Berselang 3 bulan setelah rujukan sekitar bulan Desember 2016 , aku baru menyempatkan diri untuk ke RS.Fatmawati karena sibuk. Pada konsultasi pertama, aku langsung disuruh untuk ronsen untuk ketiga kalinya meskipun di rumah sakit yang berbeda. Pada konsultasi kedua setelah melihat hasil ronsen derajatku mencapai 65°, dokter masih mempertimbangkan apakah harus dioperasi atau tidak. Pada bulan april 2017, aku kembali lagi ke RS. Fatmawati untuk konsultasi lanjutan, berdasarkan hasil ronsen yang ketiga, karena derajatnya sudah cukup tinggi. Alhasil dokter menyarankan untuk operasi dan harus menunggu antrian karena memang penderita skoliosis yang ingin dioperasi sangatlah banyak bahkan ada yang harus menunggu hingga setahun. Rata - rata penderita skoliosis adalah remaja wanita yg sedang mengalami masa pertumbuhan tulang. Dari awal dokter mengatakan kepada orang tuaku, kalau resiko nya bukan hal kecil tetapi sangatlah besar seperti kelumpuhan bahkan kematian. Dari hal itu aku gak merasa takut sama sekali, karena dari dulu aku pengen cepet dioperasi, karena makin hari sakit tulang ini semakin menyiksa. Para penderita skoliosis ga bisa yang namanya berdiri telalu lama, duduk terlalu lama, dan posisis tubuh bagaimanapun tetep aja ga nyaman. Aku pasrah dan nyerahin semuanya sama Allah, kalo emang umurku harus berakhir di meja operasi, aku siap , karena yang terpenting aku sudah memperjuangkan buat kesehatanku. Setelah itu akupun mengurus berkas berkas operasi seperti perlatan yang dibutuhkan, anestesi atau obat bius yang akan digunakan ,dan cek kesehatan lainnya. Setelah semua berkas selesai diurus, akupun tinggal menunggu kapan waktu operasi nya tiba, aku kira butuh waktu berbulan bulan untuk nunggu giliran tapi ternyata.
Tanggal 2 Mei 2017 jam 10 pagi , aku dapat telepon dari rumah sakit untuk ke rumah sakit segera. Aku tiba di RS. Fatmawati sekitar jam 4 sore dan perawat mengatakan untuk mencari kamar rawat inap dan melakukan operasi yang dilakukan keesokan hari tanggal 3 Mei 2017. Aku yang ditemani mamaku, sangat kaget karena biasanya harus berbulan - bulan untuk menunggu giliran dan kami pun tidak membawa perlengkapan apapun seperti baju ganti dll. Alasan kenapa aku disuruh operasi secepat itu karena harus bertukar schedule sama pasien lain yang sedang menjalani UN smp. Akhirnya akupun masuk ke kamar rawat inap sekitar jam 6 sore. Mama langsung menelepon keluarga di rumah dan meminta untuk membawakan semua perlengkapan. Aku masih syok dan ga percaya sama apa yg baru terjadi. 1 hari yang akan menentukan hidupku selanjutnya akan dilakukan besok. Aku hanya bisa berdzikir dan terus mengingat Allah , seraya meminta pertolongan Allah untuk diberikan hasil yang terbaik dan diberikan kesembuhan. Dokter dan perawatpun silih berganti memasuki ruanganku untuk bertanya banyak hal dan memberitahuku persiapan menjelang operasi sekaligus memasang infus serta mengambil banyak darah untuk sampel golongan darah, sebagai persiapan kantung dasnb saat operasi. Kantung darah yang dibutuhkan sekitar 8-10 kantung, tetapi yang tersedia hanya 5 di PMI tapi Alhamdulillah semua hal itu dapat teratasi. Aku mulai menjalankan puasa sejak jam 10 malam dan tidak diperbolehkan untuk makan apapun hingga menjelang operasi dan di tubuhku ada yang dipasang infus tetapi berisi darah. Rasanya sangat ngilu saat darah dari kantung itu masuk ke tubuh , terasa panas dan pegal sehingga aku ga bisa tidur Saat pagi perawat memberikan obat pencahar untuk mengeluarkan sisa makanan yang terdapat dalam usus dan akupun berganti baju dengan baju ala pasien rumah sakit fatmawati. Sekitar pukul 8 pagi, aku mulai dibawa ke ruang operasi yang letak gedungnya bersebrangan dengan gedung rawat inap. Aku dibawa dengan didorong menggunakan kursi roda. Saat sampai di ruang operasi, ditubuhku langsung dipasang suntikan yang salah satunya ada obat bius dan alat pendeteksi detak jantung. Dokter yang akan mengoperasiku banyak sekali, sekitar 7-10 orang. Setelah beberapa saat dipasang aku langsung hilang kesadaran. Operasi berlangsung sangat lama dari jam 9 pagi sampe jam 4 sore dan selesai operasi aku dibawa ke ruang ICU, aku baru sadar kembali sekitar jam 10 malam. Saat sadar, banyak sekali selang yang menempel di tubuhku, mulai dari selang makanan yang terdapat pada hidung dan selang pernafasan yang masuk kedalam tenggorokan mungkin hingga laring, alat pendeteksi jantung, jadi saat aku panik alat yang berbentuk seperti komputer akan mengeluarkan suara. Aku sempat muntah berkali - kali karena tidak bisa beradaptasi dengan selang yang berada di mulut. Aku hanya bisa menangis karena suaraku tidak keluar. Aku memanggil susterpun dengan memukul kasur lalu suster akhirnya membawa buku huruf abjad dan memintaku menunjuk apa yg aku ingin bicarakan.
Hari pertama setelah operasi aku tidak boleh makan dan minum. Aku baru diperbolehkan minum setelah hari pertama operasi tapi saat malam hari. Hari kedua pun akhirnya diizinkan sudah diizinkan makan. Aku berada di ICU sekitar 3 hari 2 malam sebelum akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap. Hampir 10 hari aku hanya terbaring di tempat tidur karena pen yang bersarang di tubuhku yang jumlahnya sekitar 13. Jaitan luka operasinya pun sangat panjang mulai dari leher hingga pinggang. Aku melakukan semua aktivitas diatas tempat tidur, rasanya aku ingin menyerah karena merasa seperti orang tidak berguna yang hanya bisa berbaring. Tapi orang tuaku selalu menguatkanku. Hari ke -11 akhirnya aku pun mulai belajar berjalan perlahan lahan dan belajar untuk duduk. Setelah dirasa aku sudah dapat duduk dan berjalan lagi, dokter pun akhirnya mengizinkan aku pulang.
Alhamdulillah 3 Mei tahun kurang lebih 3 tahun sejak proses pemasangan titanium. Untuk semua penderita skoliosis, jangan pernah menyerah sama keadaan kalian, Allah menciptakan kita seperti ini bukan karena Dia benci ataupun tidak sayang sama kita.Jauh dari itu Dia menciptakan 24 kita dengan keadaan seperti ini karena Allah tau kita mampu dan kita bisa melewati semua ujian dari Nya. Kita itu istimewa, kita berbeda karena semua perbedaan itulah kita terlihat indah karena kita mampu menguatkan diri kita untuk tidak pernah menyerah dengan proses hidup. Untuk skolioser yang mau operasi dan masih ragu, coba tanya lagi sama diri kalian, kalian ingin sehat kan ? kalian ingin duduk dan berdiri lama tanpa merasa cepat lelah kan ? Ayo beranikan diri untuk operasi , jangan takut sama kegagalan operasi karena resiko kegagalannyapun sangatlah kecil. Untuk yang sudah operasi , jaga baik - baik titaniumnya karena titanium akan menemani kita dalam hari - hari indah di masa depan yang lebih cerah. Sehat selalu ya skolioser, kita itu istimewa, dimanapun kamu berada jaga baik - baik tulang belakangmu karena ia merupakan penyeimbang tubuhmu.
Salam Skolioser, Cheer up !!!
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar